Sahabat karibku Adinda



Cerpen - yuhu.... yey ketemu lagi sama mimin, selamat malam.... bagaimana kabarnya??? Mimin harap kalian selalu dalam keadaan sehat-sehat saja ya ^_^. Kali ini mimin mau posting cerita pendek bertema persahatan, selamat membaca.

*** Sahabatku Baikku Adinda ***
Oleh : Eka Nur Rahayu

Lelah hati ini mendengar ejekan dari teman-teman yang tak pernah menyukaiku karena aku anak orang miskin, bersekolah di SMP Negeri favorit ini juga karena beasiswa. Terasa berat kaki ini melangkah menuju kelas, tetapi beban ini terasa sirna tatkala Adinda sahabat baikku itu bersamaku. Adinda adalah anak salah satu donatur di sekolahku tetapi Dinda tak pernah sombong dan memilah-milah teman dalam pergaulannya, kadang aku berandai-andai menjadi seperti Dinda tetapi aku terasadar jika itu mustahil.


Hari ini Dinda membawakanku sekotak kue dan begitu lezat ku nikmati, baru kali ini aku memakan kue seenak ini. "terimakasih ya din udah bawain aku kue ini, asli baru kali ini aku makan kue selezat ini"celetukku setelah selesai makan kue dengan lahapnya. Dinda hanya tertawa kecil melihat kelakuanku itu.

Hari ini selepas pulang sekolah aku diajak kerumah Dinda, tetapi sebenarnya aku merasa takut untuk pergi tetapi dinda memaksaku dengan berbagai macam alasan. Benar saja rumah orang tua dinda begitu besar, mewah, mobil berjajar dengan rapinya sungguh beruntung sekali jika hidup seperti dinda. "woooi mel.... kenapa????" celetuk dinda sambil menepuk pundakku. Sontak aku kaget dan hanya tersenyum melihat ke arah dinda. "udah jangan ngelamun aja, ayo masuk!!!!"pinta dinda kemudian menarik tanganku.

Aku mengamati dengan seksama sudut-sudut rumah mewah ini, melihat barang-barang mewah yang berjajar rapi dan mengkilap bersih hingga bisa dibuat untuk bercermin. Ku lewati anak tangga menuju kamar dinda, setelah dibuka pintu kamarnya oleh dinda. Aku terkesima melihat kamar dinda yang begitu indah, fasilitas lengkap semua ada dalam kamarnya. "duduklah mel sini, kita baring-baring sambil nonton tv biar nanti aku minta tolong bibi buatkan minum"perintah Dinda padaku. "terimakasih din, tapi tidak usah repot-repot aku bisa kerumahmu saja udah seneng banget"tukasku. "ah kamu mel bisa aja.. hehehe terimakasih udah mau jadi sahabatku yang baik ya"ucap dinda seraya memelukku, terasa tetesan air mata dinda di pundakku tetapi langsung dinda hapus dengan tangannya. Aku juga tak berani jika bertanya mengapa dia bersedih tak ada keberanian untuk itu.

Beberapa hari berlalu aku  tak pernah lagi melihat dinda di sekolah, aku merasa cemas tetapi mau bertanya kepada siapa tentang keadaan dinda. Tiba-tiba saja ibu kepala sekolah masuk ke dalam kelas dan memberikan kabar bahwa Dinda koma di rumah sakit karena sakitnya, dinda terkena leukemia. Hatiku serasa hancur saat itu mendengar sahabat yang selalu ada untukku tetapi aku tak ada disampingnya saat ia sedang melawan sakitnya. Setelah aku memberanikan diri untuk bertanya kepada ibu kepala sekolah akhirnya aku mendapatkan alamat rumah sakit dimana dinda dirawat.

Seusai pulang sekolah aku bergegas untuk kerumah sakit, setelah sampai disana benar saja kulihat dari kaca pintu dinda terbaring lemah, air mata ini mengalir hingga tak dapat ku bendung lagi. Ada sosok seseorang perempuan di belakangku "maafkan dinda ya nak jika ada kesalahan padamu"ucap perempuan itu. Aku tak dapat berkata apa-apa hanya ada air mata kesedihan saat itu. Setelah beberapa menit aku duduk dan dihampiri oleh perempuan tadi ternyata itu adalah ibunda dinda. Ibu dinda menceritakan semua kepadaku mengapa dinda merahasiakan sakitnya karena ia tak mau melihat sahabatnya sedih, lalu ibu dinda memebrikanku sepucuk surat bertuliskan untuk sahabatku amelia.

Sepulang dari rumah sakit aku segera mandi dan menunaikan solat berdoa kepada sang illahi untuk kesembuhan dinda, setelah usai solat aku membaca surat dari dinda... "hai sahabatku amel.... jangan bersedih dan menangis ya atas sakitku ini, maafkan aku... aku tak bermaksud untuk merahasiakan sakitku. Aku hanya ingin menghabiskan akhir-akhir hidupku bahagia tanpa ada kesedihan. Kamu baik dan aku sangat senang bersahabat denganmu dan aku juga sudah meminta ayahku untuk membiayai sekolahmu hingga keperguruan tinggi karena aku tahu kamu anak yang pintar. Selepas aku pergi kamu sering-seringlah kerumahku untuk menghibur mamaku. Terimakasih untuk hari-hari indah bersamaku ya sahabat terbaikku. Salam rindu selalu Adinda".

Tak terasa air mata ini begitu deras mengalir membaca surat dari dinda, tiba-tiba hapeku berdering, kuraih kulihat no baru setelah kuangkat ternyata di ujung sana ada suara ibu dinda memberi kabar bahwa dinda telah berpulang ke Rahmatullah. Saat itu hancur hati ini sahabat yang begitu baik kepadaku, membelaku hingga sering memberiku sesuatu yang tak pernah ku miliki kini telah tiada, hanya do'a yang mampu ku ucap kepada Rabbku semoga ditempatkan di sisi-Nya.

Serasa berat kaki ini melangkah untuk menghadiri pemakan Adinda tak kuasa hati ini, begitu berat rasanya kehilangan sahabat sejati walaupun hanya beberapa bulan serasa seperti saudara. Dalam hati aku selalu beristigfar agar kuat menghadapi kenyataan ini, ku peluk erat-erat ibunda dinda yang saat ini menangis hingga beberapa kali pingsan. Ku putuskan untuk menemani ibunda dinda untuk sesaat setelah mendapat persejutuan dari ayah dan ibuku.

*** TAMAT ***


Share:

0 comments:

Post a Comment